Powered By Blogger

Minggu, 21 Juli 2013

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN UPTD PURWOSARI




dimas prasetya
2011122
apikes citra medika surakarta

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Adapun upaya pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal meliputi pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Semua kegiatan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia, kegiatan ini dimulai dari proses pencatatan hingga pelaporan. Proses tersebut diselenggarakan oleh unit rekam medis.
Dari keterangan di atas penulis mengambil judul “Pengelolaan Rekam Medis dan Informatika Kesehatan di Puskesmas Purwosari Surakarta ditinjau dari Alur  Prosedur dan Desain Formulir Rekam Medis”.

B.     Rumusan Masalah
Penyusunan laporan ini dapat kita ambil rumusan masalah tentang, bagaimana pengelolaan rekam medis dan informatika kesehatan di UPTD Puskesmas Purwosari Surakarta ditinjau dari alur prosedur rekam medis dan desain formulir?

C.    Tujuan Masalah
Pelaksanaan Praktik Lapangan siklus III/Semester IV tahun akademik 2012/ 2013 memiliki tujuan sebagai berikut :
1.      Tujuan Umum
a.       Memperkenalkan kepada mahasiswa tentang rekam medis dan sistem informasi kesehatan di UPTD Puskesmas Purwosari Surakarta ditinjau dari alur dan prosedur rekam medis.
b.      Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk melaksanakan fungsi penyelenggaraan prosedur rekam medis untuk dimanfaatkan guna keperluan pasien dan Puskesmas.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui alur dan prosedur rekam medis di Puskesmas Purwosari Surakarta.
b.      Mengetahui penerapan sistem dan sub sistem rekam medis meliputi : penamaan, penomoran, penyimpanan, dan pelaporan di Puskesmas Purwosari Surakarta.
c.       Mengetahui peralatan penunjang pelayanan rekam medis di Puskesmas Purwosari Surakarta.
d.      Mengetahui formulir-formulir rekam medis di Puskesmas Purwosari Surakarta.

D.    Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksaan Praktik Lapangan siklus III/Semester IV tahun akademik 2012/ 2013 ini adalah :
1.      Bagi Akademik
a.       Menciptakan mahasiswa yang profesional agar siap bersaing di dunia kerja.
b.      Menambah referensi untuk perpustakaan kampus.
c.       Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ilmu rekam medis.

2.      Bagi Puskesmas
a.       Sebagai masukan dan pertimbangan dalam meningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas.
b.      Sebagai sarana evaluasi pengelolaan rekam medis dan informatika kesehatan.
3.      Bagi Mahasiswa
a.       Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dengan cara mempraktikan ilmu yang telah di dapat dari kampus.
b.      Meningkatan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang timbul di tempat kerja.

E.     Ruang Lingkup
1.   Lingkup Materi           :     Pengelolaan Berkas Rekam Medis Ditinjau dari Alur Prosedur dan Desain Formulir Rekam Medis di Puskesmas.
2.   Lingkup Lokasi           :     Puskesmas Purwosari Surakarta.
3.   Lingkup Objek            :     Unit Rekam Medis.
4.   Lingkup Metode         :     Metode Observasi dan Wawancara.
5.   Lingkup Waktu           :     29 April s.d. 24 Mei 2013.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Sejarah dan Tujuan Rekam Medis
  1. Sejarah Rekam Medis
Rekam medis merupakan catatan dan ingatan tentang praktik kedokteran yang telah ditemukan atau diketahui manusia sejak  25.000 tahun sebelum masehi atau sejak praktik kedokteran atau pengobatan. Rekam medis sudah diganti sebagai dasar-dasar pembelajaran ilmu kedokteran oleh Hipocrates sejak  450 tahun sebelum masehi yang menyimpan hasil pemeriksaan pasien, mencatat hasil penemuannya.
Rekam medis di Indonesia telah ada sejak pra kemerdekaan, namun dalam hal pencatatan belum baik. Pada tahun 1972-1989 penyelenggaraan rekam medis masih belum berjalan seperti yang diharapkan. Adanya PP NO 10 tahun 1960 yang mewajibkan setiap petugas kesehatan untuk menyimpan dan menjaga berkas rekam medis pasien sehingga kerahasiaan dokumen rekam medis dapat terjamin.
Rekam medis adalah catatan yang berisikan segala data mengenai pasien mulai dari identitas, anamnesa, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang pasien yang melakukan kunjungan ke unit pelayanan kesehatan. Makna dari rekam medis sangatlah luas karena berhubungan dengan informasi mengenai data riwayat berobat pasien

B.     Sistem Rekam Medis
Sistem terdiri dari beberapa kumpulan unsur-unsur yang menjadi satu dan saling berhubungan untuk mencapai tujuan sistem yang bersangkutan. Menjalankan suatu prosedur sistem diperlukan suatu kebijakan dan ketentuan peraturan serta pedoman agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Berikut ini adalah sistem dan sub sistem  didalam rekam medis :
1.      Sistem Penamaan
Nama merupakan suatu identitas yang paling pokok dalam diri seseorang. Nama juga dapat membedakan antara orang yang satu dengan orang yang lain. Suatu bangsa, suku, atau Negara  mempunyai cara dan ciri tersendiri didalam penulisan nama seseorang.   
2.      Sistem Penomoran
Menurut Bambang Shofri (2002) ada tiga sistem pemberian nomor (Admission Numbering System), yaitu :
a.       Penomoran Cara Seri
Pemberian nomor cara seri atau dikenal dengan Serial Numbering System (SNS) adalah suatu sistem penomoran dimana setiap pasien yang berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas selalu mendapatkan nomor baru dan nomor yang telah diberikan kepada pasien dicatat pada kartu indeks utama pasien yang bersangkutan..
b.      Penomoran Cara Unit
Pemberian nomor cara unit atau dikenal dengan Unit Numbering System adalah sistem penomoran yang memberikan satu nomor rekam medis pada pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap, gawat darurat dan bayi baru lahir. Setiap pasien mendapat satu nomor pada saat pertama kali pasien datang ke rumah sakit atau puskesmas dan digunakan untuk selamanya,.
c.       Penomoran Cara Seri Unit 
Pemberian nomor dengan seri unit atau dikenal dengan Serial Unit Numbering System adalah sistem pemberian nomor dengan menggabungkan sistem seri dan unit,Adaptasi lain dari sistem penomoran secara unit dapat dibagi menjadi dua dan sangat popular dengan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu :
a.       Social security Numbering
Yaitu penomoran yang berhubungan dengan lingkungannya dan hanya di Amerika Serikat dan efektif pada veteran administration hospital. Keuntungannya adalah dapat dibedakan dengan pasien lainnya.
b.      Family Numbering
Yaitu penomoran yang berhubungan dengan keluarga (satu nomor untuk satu keluarga). Terdiri dari sepasang digit tambahan yang ditempatkan pada setiap keluarga. Keuntungan dari sistem ini adalah semua informasi pada satu keluarga terkumpul. Kerugiannya adalah sering adanya perubahan misanya : perceraian, perkawinan kembali.
3.      Sistem Penyimpanan
Sistem penyimpanan yaitu suatu cara penyimpanan berkas rekam medis yang berisi data dan informasi hasil pelayanan dari pasien secara individu yang dimasukkan kedalam folder atau map.ditinjau dari pemusatan atau penyatuan DRM penyimpanan dibagi menjadi dua :
a.       Sistem Sentralisasi
Yaitu suatu cara penyimpanan berkas rekam medis seorang pasien dalam satu kesatuan. Dokumen rekam medis rawat jalan  dan rawat inap disimpan menjadi satu dalam satu folder atau map.
b.      Sistem Desentralisasi
Yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara memisahkan antara DRM rawat inap, DRM rawat jalan, dan DRM gawat daruarat pada folder tersendiri dan ruangan tersendri pula.
4.      Sistem Penjajaran
Menurut Bambang Shofri (2002) sistem penjajaran yaitu suatu cara penyimpanan DRM kedalam rak penyimpanan yang disusun berdiri sejajar atau satu dengan yang lainnya. Penjajaran nomor DRM ada tiga cara yaitu :
a.       Straight Numerical Filing (SNF)
Yaitu sistem penyimpanan dengan cara menjajarkan folder  DRM berdasarkan urutan langsung nomor rekam medis atau secara berturut-turut sesuai dengan urutan nomornya.
Misalnya :              00-00-01
                        00-00-02
b.      Terminal Digit Filing (TDF)
Yaitu suatu sistem penyimpanan DRM dengan menjajarkan folder berdasarkan pada kelompok dua angka terakhir
Misalnya :              seksi 23                       seksi 02
                       08-04-23                     25-11-02
                       09-04-23                     26-11-02
                                               
c.       Middle Digit Filing (MDF)
Yaitu suatu sistem penyimpanan DRM dengan menjajarkan folder DRM berdasarkan urutan nomor rekam medis pada dua angka kelompok tengah.
Misalnya :              seksi 70
                        40-70-28
                        40-70-29
                       
5.      Sistem Pelaporan
a.       Assembling (Perakitan)
Assembling adalah salah satu bagian unit rekam medis yang mempunyai fungsi sebagai peneliti kelengkapan isi dan merakit dokumen rekam medis sebelum disimpan. Formulir yang digunakan di assembling yaitu kartu kendali yang merupakan formulir berwujud kartu dan digunakan untuk mengendalikan dokumen rekam medis yang belum lengkap.
b.      Coding dan Indexing
Coding dan indexing adalah salah satu bagian dalam unit rekam medis yang mempunyai tugas pokok mencatat dan meneliti kode penyakit serta diagnosis yang ditulis dokter.
c.       Analising dan Reporting
Analising dan reporting adalah salah satu bagian dalam rekam medis yang tugasnya mengumpulkan data kegiatan dari unit pelayanan kesehatan. Berfungsi untuk menganalisa semua data rekam medis yang masuk ke unit rekam medis untuk diolah menjadi sebuah informasi yang disajikan dalam bentuk laporan guna mengambil keputusan manajemen.  Jenis dan peride laporan adalah sebagai berikut :
d.      Filing
Filing di dalam dunia rekam medis bertanggungjawab terhadap penyimpanan, retensi, dan pemusnahan dokumen rekam medis. Formulir yang digunakan di filing adalah tracer yaitu kartu yang menunjukkan kemana pindahnya dokumen tersebut. Isi dari tracer meliputi nomor rekam medis, nama pasien, tanggal peminjaman, nama dan unit pengguna, tujuan pengambilan dan tanggal pengambilan. Sedangkan kegunaan dari tracer adalah untuk memudahkan pengambilan dokumen rekam medis dan mencatat apabila dokumen rekam medis itu hilang.
C.    Desain Formulir Rekam Medis
1.      Pengertian desain formulir
Menurut Bambang Shofari (1998),formulir adalah secarik kertas yang memiliki ruang untuk diisi. Sedangkan menurut Enny Rachmani (2003), bahwa desain formulir adalah kegiatan merancang formulir berdasarkan kebutuhan pencatatan transaksi pelayanan, kegiatan pelayanan dan penyusunan atau pembuatan laporan organisasi
2.      Aspek-aspek desain formulir
Menurut Enny Rachmani (2003), dalam mendesain formulir ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu :
a.  Aspek Anatomi      
1)      Kepala (Heading)
Memuat judul dan informasi mengenai formulir, nama dan alamat organisasi, tanggal penerbitan dan nomor halaman.Sebuah sub judul harus digunakan kalau judul memerlukan penjelasan atau klasifikasi lebih lanjut. Batas kanan bawah merupakan tempat terbaik untuk penempatan identifikasi formulir dan tanggal penerbitan. Apabila formulir akan diisi oleh atau dikirimkan ke ruang di luar organisasi, nama, dan alamat fasilitas asuhan kesehatan harus dimasukkan ke dalam judul.
2)   Pendahuluan (Introduction)
Memuat informasi pokok yaitu nama pasien (identifikasi pasien), nomor rekam medis, ruang serta kelas perawatan, keluhan pasien dan riwayat penyakit. Bagian pendahuluan ini menjelaskan tujuan formulir, terkadang tujuan ditunjukkan oleh judul. Apabila penjelasan lebih lanjut diperlukan, pernyataan yang jelas bisa dimasukkan ke dalam formulir untuk menjelaskan tujuannya.
3)   Perintah (Intruction)
Harus disingkat dan harus berada pada bagian atas formulir. Pengguna harus bisa segera menentukan beberapa copy diperlukan, siapa yang harus mengajukan formulir dan kepada siapa harus dikirimkan. Instruksi atau perintah bisa diletakkan pada bagian depan formulir kalau terdapat tempat yang cukup. Jika diperlukan instruksi yang detail, sisi balik formulir bisa digunakan namun harus ada rujukan mengenai hal ini pada instruksi umum. Instruksi yang panjang bisa diletakkan pada lembaran atau buku kecil yang terpisah. Instruksi bisa saja tersedia pada derektif (petunjuk) administratif yang dikeluarkan oleh fasilitas. Instruksi tidak boleh diletakkan di antara ruang-ruang entry, karena akan membuat formulir terkesan berantakan dan mempersulit pengisian.
4)      Badan (Body)
Merupakan badan formulir yang disesuaikan untuk kerja formulir yang sesungguhnya. Dalam menyusun urutan-urutan data harus logis, sistematis, konsisten, sehingga mudah dibaca dan dipahami. Pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalam suatu badan formulir meliputi :
a)   Margins (Batas Pinggir)
Batas pinggir ini tidak hanya menambah penampilan dan kegunaan formulir, tapi juga pada kesanggupan untuk merancang formulir secara fisik. Margin minimum harus disediakan 0, 32 cm pada bagian atas, 1,27 cm di bagian bawah, dan 0, 76 cm pada sisi-sisi. Jika yang digunakan adalah stok kartu, paling kurang 0, 32 cm harus disediakan sebagai margin untuk semua sisi. Dapatkan spesifikasi pencetak mengenai margin ini jika ‘image’ formulir mencapai pinggir kertas atau kartu. Proses ini disebut sebagai “bleeding”, dan gaya ini bisa menyebabkan meningkatnya biaya penanganan.
b)   Spacing (Spasi)
Spacing adalah ukuran area entry data. Pada waktu mendesain formulir dengan data yang akan diisi dengan mesin ketik, ikuti petunjuk ini :
(1)      Horizontal spacing : spacing 0, 25 cm bisa menerima huruf Times New Roman memberikan ruang entry maksimum. Sedangkan spasi ekstra jika perlu untuk mencegah “crowding”.
(2)      Vertical spacing : terdapat enam garis vertical setiap inci pada mesin ketik standar, elite atau pica. Berikan 1/6” atau kelipatanya untuk setiap baris pengetikan.
c)   Rules (Garis)
Rules adalah sebuah garis vertical atau horizontal. Garis ini bisa langsung (solid),dotted) atau parallel berdekatan yang melayani berbagai tujuan. terputus-putus (
d)  Type style (Tipe Huruf)
Jenis huruf ini penting dalam hal keterbacaan dan penonjolan untuk suatu formulir paling baik adalah menggunakan sedikit mungkin jenis dan ukuran huruf. Item-item dengan tingkat kepentingan yang sama hendaknya dicetak dengan huruf yang sama disemua bagian formulir.
e)   Cara pencatatan
         Cara pencatatan dapat dilakukan dengan tulisan tangan, ketik atau komputer.
5)      Penutup (Close) merupakan komponen utama terakhir formulir kertas, ruangan ini untuk tanda tangan persetujuan.
b.      Aspek Fisik
      Desain formulir dalam pembuatanya harus memperhatikan aspek fisik meliputi :
1)      Bahan
Analisis bahan yang digunakan, berat kertas dan kualitas kertas yang berkaitan dengan penyimpanan.
2)      Warna
Warna yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dan kebutuhan dalam merancang suatu formulir.
3)      Ukuran
Menggunakan ukuran yang praktis (disesuaikan dengan kebutuhan isi formulir).
4)      Bentuk
Menyatakan bentuk (vertical, horizontal atau persegi panjang)
c.       Aspek isi
Desain formulir dalam pembuatannya harus memperhatikan aspek isinya yaitu :
1)      Butir data atau item
Item-item sudah harus disusun dalam suatu urutan yang wajar pada sebuah formulir
2)      Pengelompokan data
Item yang sudah ada tadi dikelompokan menurut jenis pengelompokan datanya masing-masing.
3)      Pengurutan
Menurut pengelompokan datanya apakah sudah sesuai atau belum.
4)      Caption atau kejelasan kata
Perancangan formulir harus menjaga penggunaan dan memiliki tulisan yaitu dengan kejelasan kata untuk pencarian yang baik dalam penggunaan kata harus tepat. Jika kata yang dipakai tidak tepat maka akan menimbulkan tanggapan atau jawaban yang beda.
5)      Terminologi data
Ada atau tidaknya istilah dalam bahasa medis yang tidak diketahui oleh orang awam yang perlu diberi keterangan dalam bahasa Indonesia.
D.    Alur dan Prosedur Rekam Medis
Demi kelancaran proses pelayanan terhadap kunjungan pasien, maka diperlukan alur dan prosedur yang tetap dalam pelayanan tersebut. Dalam hal ini kunjungan dibedakan menjadi 2 kriteria yaitu kunjungan seorang ke Puskesmas induk dan Puskesmas pembantu baik untuk mendapat pelayanan kesehatan maupun sekedar keterangan sehat dan kunjungan khusus.
1.    Alur dan prosedur pasien
a.    Pengunjung baru dari keluarga yang belum mempunyai Kartu Tanda Pengenal Keluarga ( KTPK )
1)        Pasien yang mengambil nomor urut dan menunggu panggilan petugas
2)        Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
3)        Petugas menulis identitas keluarganya pada buku register dan catatan medis
4)        Petugas membuat KTPK untuk keluarga tersebut
5)        Petugas membuatkan Family Folder dan kartu status yang baru untuk keluarga tersebut
6)        Petugas menuliskan pada buku cacatan harian kunjungan pasien
7)        Petugas menyerahkan KTPK kepada pasien dengan catatan bila berobat kembali harap dibawa
8)        Petugas menyerahkan kartu status ke bagian pengobatan yang dikehendaki
b.     Pengunjung baru bagi keluarga yang sudah mempunyai KTPK
1)        Pasien atau keluarga mengambil nomor urut dan menunggu panggilan petugas pendaftaran
2)        Petugas memanggil pasien denngan nomor urut
3)        Pasien menyerahkan KTPK, tetapi salah satu anggota keluarganya belum terdaftar
4)        Petugas menulis identitas pasien baru yang keluarganya sudah mempunyai KTPK
5)        Pertugas tidak membuatkan KTPK dan Family Folder karena salah satu anggota keluarganya sudah terdaftar
6)        Petugas menuliskan pada buku catatan harian kunjungan pasien dan menyerahkan kemballi KTPK kepada keluarga
7)        Petugas menyerahkan kartu status ke bagian pengobatan yang dikehendaki.
c.    Pengunjung lama dari keluarga yang sudah mempunyai KTPK dan membawa KTPK
1)        Pasien atau keluarganya mengambil nomor urut dan menunggu panggilan petugas pendaftaran
2)        Pasien menyerahkan KTPK kepada petugas
3)        Petugas mencari dan mengambil Family Folder di rak penyimpanan sesuai nomor indeks keluarganya
4)        Petugas mengambil kartu status lama pasien
5)        Petugas menuliskan pada buku catatan harian kunjungan pasien
6)        Petugas menyerahkan kembali KTPK, kepada pasien dan menyerahkan kartu status ke bagian pengobatan yang dituju.
d.    Pengunjung lama dari keluarga yang sudah mempunyai KTPK tetapi lupa membawa KTPK
1)        Pasien atau keluarganya mengambil nomor urut dan menunggu panggilan petugas
2)        Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut
3)        Pasien lupa membawa KTPK, maka petugas menggunakan nama keluarganya dan alamat keluarga tersebut
4)        Petugas mencari pada buku register dan cacatan medis
5)        Setelah sesuai nomor indeks keluarganya, petugas mencari dan mengambil Family Folder di rak penyimpanan
6)        Petugas mengambil status pasien lama dan mencatat pada buku catatan harian kunjungan pasien
7)        Petugas menyerahkan kembali  KTPK kepada pasien dan menyerahkan kartu status sesuai dengan bagian pengobatan yang dituju.
E.     SIMPUS ( Sistem Informasi Manajemen Puskesmas )
      Sistem Informasi Manajemen Puskesmas adalah proses menyelaraskan tujuan organisasi dan tujuan pegawai Puskesmas. Menurut Drucker, pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas bertujuan untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010 (Departemen Kesehatan, 2004).  Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Sebagai konsekuensi dari perubahan lingkungan Puskesmas, baik internal maupun eksternal maka Puskesmas harus senantiasa berubah. Misal : sarana prasarana (manual → komputerisasi).
      Pengelolaan kerja Puskesmas telah diatur oleh Departemen Kesehatan dengan menerbitkan buku “PEDOMAN KERJA PUSKESMAS” yang digunakan oleh seluruh Puskesmas di seluruh Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan selama praktek di UPTD Puskesmas Purwosari banyak pelajaran yang penulis dapatkan, maka dari pengamatan ini penulis menyimpulkan :
1.      UPTD Puskesmas Purwosari didirikan pada tahun didirikan pada tanggal 1 April 1993, yang beralamatkanJln. Flamboyan Dalam No. 2 Solo.
2.      Puskesmas merupakan unit pelayanan teknis dinas kesehatan kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja masing-masing yang telah ditetapkan.
Sistem dan sub sistem rekam medisnya sudah sesuai dengan prosedur yang ada dimana sistem penamaan ditulis apa adanya sesuai dengan nama pasien, sistem penomorannya dengan menggunakan sistem family folder, sistem penjajaran straight numering system (SNF) atau secara langsung maka dalam pencarian dokumen menjadi lebih mudah dan cepat, sistem penyimpanan secara desentralisasi, sistem pelaporannya mengunakan Program Sistem Informasi Kesehatan (SIK)  yang disetiap tempat pelayanan di UPTD Puskesmas Purwosari komputer yang ada sudah dalam satu server sehingga data yang ada pada masing-masing tempatpelayanan berkesinambungan dandilakukan pengiriman data setiap bulan dan tri bulan ke DKK.
3.      Peralatan penunjang yang digunakan terdiri dari formulir-formulir pencatatan dan pelaporan, komputer dan printer dan peralatan penunjang lainnya dimana pada unit pelayanan kesehatan sudah mempunyai peralatan penunjang tersebut.
4.      Alur prosedurnya sudah berjalan dengan baik dan lancar dan sudah menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dengan baik, sehingga dalam pengolahan dan mengentry data harian pasien rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dapat dilakukan dengan lebih mudah.

B.     Saran
1.      Sebaiknya perlu adanya penambahan tinggi rak, agar dokumen dapat masuk dengan rapi.
2.      Sebaiknya barang-barang bawaan petugas dibuatkan tempat tersendiri agar tidak memenuhi rak tempat penyimpanan dokumen rekam medis sehingga rak-rak yang masih kosong bisa digunakan untuk penyimpanan dokumen dan alat-alat rekam medis lainnya.
3.       Untuk dokumen berkas rekam medis rawat inap dan rawat jalan sebaiknya dijadikan satu folder saja dan menggunakan sistem penomoran family folder  untuk memudahkan tndak lanjut pemeriksaan jika suatusaat pasien berkunjung kembali dan untuk sistem penjajaranya tetap menggunakan sistem penjajaran secara unit. Hal itu lebih efisien dan lebih ringkas dalam penyimpanan karena tidak terlalu memakan tempat.
 
4.       Untuk sistem penamaan sebaiknya diserasikan antara di SIMPUS dengan penulisan di dokumen rekam medis maupun di resep yaitu Tn dan Ny untuk orang yg sudah menikah, Sdr dan Nn untuk yang belum menikah, dan An untuk anak.
LAMPIRAN











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate